Menag Blak-blakan di Instansi Pemerintah Pernah Ada Calon Pengantin Bom Bunuh Diri

MEnag Ingatkan Masalah Ajaran Terorisme Tak Bisa Dianggap Enteng

ATMNews, Jakarta – Istilah ‘pengantin’ untuk sebagian orang yang tahu soal teroris akan menyeramkan. Karena pengantin dalam istilah tersebut akan siap menjalani resiko bom bunuh diri.

Menteri Agama (Menag) Fachrul Razi berbagi pengalamannya perihal pengantin bom bunuh diri. Dia mengatakan, untuk menjaga kondusifitas semua pihak harus waspada.

Dia menyebut berawal ketika ada rekannya bercerita terkait pegawai di instansi pemerintah siap menjadi pelaku bom bunuh diri. Dalam kesempatan itu Menag juga menyebut pelaku aksi seorang perempuan.

Namun Fachrul enggan menjelaskan instansi yang dimaksudnya. Dia hanya mengingatkan masalah ajaran terorisme tak bisa dianggap enteng.

Namun demikian Menag Fachrul mengaku sebelum aksi dilancarkan petugas sudah berhasil mengungkap lebih dahulu. Lalu, seandainya ‘pengantin’ itu tidak terungkap akan memunculkan kondisi yang membahayakan.

“Ada sebuah instansi. Dia bilang di tempat dia malah ada yang siap jadi ‘pengantin’. Untung ditangani cepat. Nggak usah kita sebut instansinya ya. Kalau tidak ditangani cepat bagaimana bahayanya. Tapi menunjukkan sudah ada di mana-mana, nggak bisa kita anggap enteng,” tukasnya saat ditemui seusai acara Sarasehan Bintalad TA 2019 di Mabes AD Binas Pembinaan Mental, Jalan Kesatrian VI, Matraman, Jakarta Timur, Rabu (20/11/2019).

Fachrul pun membayangkan jika orang yang siap menjadi ‘pengantin’ itu beraksi dan berhasil melakukan bom bunuh diri akan berbahaya dan pergerakannya bakal sulit terdeteksi. Sebab, orang disekitar bisa saja tidak sadar karena pelaku adalah orang yang dikenal dilingkupnya.

“Sebelum beraksi untungnya terungkap. Kalau nggak terungkap, bagaimana bahayanya. Dia berada di lingkaran dekat kita, tahu-tahu dia siap jadi ‘pengantin’,” ucapnya.

“Mungkin kita lihat dia dadanya keliatan membusung, seksi, padahal di dalam dadanya itu mungkin ada sesuatu yang disembunyikan. Tiba-tiba meledak di dekat pimpinan.”

Fachrul kemudian menyinggung pernyataan mantan Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu, yang menyebut kurang-lebih 3 persen anggota TNI terpapar paham radikal (Rabu, 19/6/2019).

Fachrul juga mengatakan TNI harus memaknai itu sebagai peringatan agar terus berupaya menangkal paham radikal di lingkup internal lembaganya.

“Jadi nggak usah juga kita mengatakan kita bersih. Jadi saya sependapat peringatan Menhan atau mantan Menhan itu hendaknya jadi kewaspadaan kita bersama,” pungkasnya. (red)

Via Admin
Disarankan Untuk Anda
Komentar
Loading...