Video Viral Siswi SMA Digerayangi, Ombudsman: Pelecehan Seksual di Sekolah
Di Bolaang Mongondow, Sulawesi Utara
ATMNews.id, Jakarta- Video viral siswi SMA di Bolaang Mongondow, Sulawesi Utara yang digerayangi ramai-ramai menjadi perhatian sejumlah pihak. Tak terkecuali ombudsman.
Menurut Anggota Ombudsman Ninik Rahayu menilai video viral tersebut masuk dalam kategori pelecehan seksual di sekolah. Peristiwa tersebut menunjukkan kegagalan sekolah mencegah pelecehan seksual.
“Beredarnya video pelecehan seksual di sekolah semakin memperpanjang jumlah kegagalan sekolah mencegah terjadinya pelecehan di sekolah. Korban kekerasan seksual umumnya diam, tidak berani melapor, apalagi dengan sistem pencegahan dan penanganan di sekolah yang tidak memadai, maka kejadian terus berulang,” katanya dikutip detik.com, Selasa (10/3/2020).
Ninik pun meminta sekolah memberikan edukasi seksual kepada para siswanya. Hal itu diharapkan bisa mendidik para siswa memahami kesehatan reproduksi dan tidak dimaknai sebagai pornografi.
“Pencegahan dengan cara melakukan pendidikan kesehatan reproduksi bagi anak didik, larangan melakukan kekerasan dan penyiksaan seksual harus diintegrasikan dalam pelajaran sekolah. Pendidikan ini jangan lalu dianggap memberi pendidikan pornografi pada anak, melainkan sebaliknya anak dididik untuk mengetahui dan memahami kesehatan reproduksi perempuan, menjaga dan melindungi reproduksi perempuan, dan menjauhkan serta menghapuskan segala bentuk kekerasan seksual, terutama pada anak perempuan,” ujarnya.
Menurut Ninik, sekolah juga harus membuat sistem mitigasi berupa unit pengaduan pelecehan seksual dan memaksimalkan peran Bimbingan Konseling. Ia mengatakan sekolah juga perlu bekerja sama dengan lembaga-lembaga yang menangani kekerasan seksual di lingkungan sekolah.
“Sekolah juga perlu diwajibkan untuk membuat jaringan kerja dengan lembaga-lembaga yang selama ini konsen dengan penanganan anak dan korban anak yang mengalami kekerasan seksual di lingkungan sekolah. Sekolah tidak boleh lagi menutup diri, merasa aman karena diukur dengan melihat nilai anak-anak sudah tinggi, apalagi seakan-akan tidak ada masalah di sekolahnya,” ujar Ninik. (Red)