Diskusi Pilkada, Suhendar: Hak Politik Kaum Milenial Jangan Dibarter Praktik Pragmatis
Diskusi Publik: Millennials Need Tangsel Future Leader
ATMnews,Kota Tangsel – Kekuatan kaum milenial sebagai pemilih di Pilkada Kota Tangerang Selatan (Tangsel) disebut diperhitungkan. Sekira 60 persen pemilih didominasi oleh kaum muda.
Saat acara diskusi publik bertajuk Millennials Need Tangsel Future Leader yang digelar Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) dan Serikat Media Siber Indonesia (SMSI) di Resto Kampung Anggrek Tangsel, Senin (28/10/2019), moderator Miftahul Adib sempat menanyakan strategi menggandeng kaum muda kepada tiga Bakal Calon (Balon) Walikota yang hadir.
Menurut Suhendar, nara sumber diskusi dan juga Balon Walikota, satu cara untuk menggandeng milenials adalah dengan cara mengedukasi hak politik.
Dia melanjutkan, hal itu bertujuan supaya generasi muda memahami bahwa mereka berdaulat secara politik. Dan nantinya tidak bisa ditukarkan ke praktek-praktek pragmatis.
“Seperti yang saya sudah jalani saat ini, untuk menggandeng milenials dengan cara mengedukasi kedaulatan hak politik mereka,” kata Suhendar, Senin (28/10/2019).
Banyaknya jumlah pemilih milenials di Tangsel, ungkap Suhendar, juga belum tentu berpihak kepada calon pemimpin muda. Sebab, dalam praktiknya milenials Tangsel masih terbagi dua golongan. Yaitu kelompok tradisional dan rasional.
“Kalau kelompok tradisional masih mempuyai paradigma kita nih sebagai calon Walikota bawa apa! baru kita dapat dukungan. Sementara kalau milenial yang ada di lingkungan rasional, ketika kita membangun gagasan maka mereka akan merespon, ini yang harus dipetakan. Dan saya melihat itu di Tangsel,” ungkapnya.
Lebih dalam Suhendar menuturkan, pembangunan di kota berjuluk Cerdas Modern dan Religius ini belum menyertakan generasi muda secara langsung.
Ia melihat sejauh ini kelompok milenial masih dipandang sebagai objek.
Artinya, harus ada kepemimpinan yang lebih humanis dan melihat bahwa mereka harus dilibatkan dalam banyak hal.
“Jadi kalau sesama pemuda bersatu, berdaulat sangat mungkin untuk membangun Tangsel, karena hakekatnya pemimpin yang muda lebih mampu untuk mendinamisir antara masalah dan celah perkembangan, karena yang muda lebih enerjik,” pungkasnya. (ari tagor)