Begini Pesan MUI Kota Serang Tangkal Isu Ditengah Pandemi Covid-19
Waspadai Terprovokasi
ATMnews.id, Serang – Menjelang Idul Fitri 1441 Hijriah di Ibu Kota Banten, menarik perhatian para tokoh masyarakat di Kota Serang. Hal itu dikarenakan, kondisi wabah Covid-19 sangatlah rentan provokasi terhadap masyarakat awam.
Sebab itu, Sekretaris MUI Kota Serang, Amas Tadjuddin memberikan himbauan kepada seluruh masyarakat di Kota Serang, untuk berhati-hati provokasi di tengah wabah Covid-19.
Menurutnya, situasi global saat ini sangat berpengaruh dan rentan provokasi terhadap masyarakat awam dan terbatas.
Amas mengatakan, isu perang dagang, Amerika Serikat versus China bukan tema menarik diperbincangkan oleh petani dan masyarakat awam di pedesaan yang jumlahnya jauh lebih besar dari masyarakat perkotaan.
Padahal perang dagang AS dengan China, sambungnya, tersebut berdampak luas dan menimbulkan polarisasi negara-negara di dunia nyata semakin tendensius, meruncing, dan terbuka.
“Saya kira Amerika Serikat berebut pasar produk globalnya sudah sangat mengakar diberbagai belahan dunia, termasuk di Indonesia sangat faktual tersaingi secara ketat oleh kreatifitas produk China yang merambah semakin nyata ke berbagai pelosok dunia. Termasuk Indonesia,” ungkap Amas saat dihubungi, Jum’at (22/5/2020).
Bahkan, masih kata Amas, tidak dapat dihindari pemanfaatan momentum pandemi covid-19 yang sedang melanda berbagai negara termasuk Indonesia, dan belum terlihat ada tanda tanda akan berakhir. Menjadi pemicu ketegangan dan konflik baru antara masyarakat.
“Disatu sisi, dengan kebijakan pemerintah menimbulkan kegadugan. Disisi yang lain, menjadi momentum bernilai tinggi,” jelas Amas.
Tak sampai disitu, Amas menerangkan, setidaknya ada tiga kelompok yang memanfaatkan Pademi Covid-19, menjadi isu kehancuran dunia maupun hari akhir.
Kelompok pertama, memandang bahwa Covid-19 merupakan ujian Allah SWT, yang harus diterima apa adanya, sebagaimana pernah terjadi wabah thoun pada masa lampau di jazirah arabia.
“Kelompok pertama ini, berkeyakinan bahwa Covid-19 adalah tanda kiamat sudah didepan mata, mengemas isu munculnya ad-Dukhon (kabut tebal) kiamat tanggal 15 Ramadlan viral di medsos,” kata Amas.
Kelompok kedua, dikatakan Amas, memandang pandemi Covid-19 merupakan pemantapan fase perang, harus segera dipersiapkan, merekrut anggota baru, mencari dan mengumpulkan dana untuk membeli persenjataan perang dengan segala cara harus dilakukan, tidak peduli walaupun menurut hukum adalah kriminal, yang penting “Gun and Money”.
“Kelompok ini sudah banyak yang ditangkap oleh aparat kepolisian di Banten, Tasikmalaya, Batang, Surabaya, dan lain lain,” tegasnya.
Terakhir kelompok ketiga, Amas menjelaskan, momentum pandemi Covid-19 dimanfaatkan untuk melakukan serangan dalam berbagai bentuk. Jika dahulu sasaran penyerangan adalah Amerika Serikat dan sekutunya, produk- produk “berbau” AS dikecam, tapi kini secara cepat beralih melakukan serangan kepada China, apapun isunya selalu dikaitkan dengan China.
“Bahkan kelompok ketiga ini, konflik di timur tengah seperti hancurnya suriah, bubarnya Iraq, pencaplokan tanah Palestina, krisis kemanusiaan di akibat konflik, meruncingnya isu Sunni-Syiah di Iran, di Arab Saudi dan lain lain, yang diserang di Indonesia pada masa pandemi Corona, oleh AS tapi China. Hal ini terlihat kasat mata, secara nyata ada kelompok kelompok tertentu yang terus menggosok isu-isu Covid-19 untuk menggiring opini dan narasi propaganda. Agar selalu menentang dan menyalahkan pemerintah dan aparat keamanan melalui isu China, termasuk melawan kebijakan pemerintah tentang upaya bersama cegah covid-19. Bahkan menggunakan narasi keagamaan bercampur politisasi tebar kebencian kepada China,” ujar Amas.
Maka itu, Amas mengajak, masyarakat terkhusus di Ibu Kota Banten, untuk senantiasa berakhlaq dan berbudaya, sopan serta santun. Agar bersama-sama pemerintah, mengikuti kebijakan memutus mata rantai Covid-19. Dengan tidak mudah terhasut oleh kelompok “perang dan penyerang” sehingga Indonesia menjadi Sehat, Cerdas, Damai dan Bersatu.
“Ingatnya, kaifiat shalat
Idul Fitri adalah murni tata cara (fiqih) persholatan yang telah diatur lengkap oleh para ulama bukan kaifiat politisasi atau bukan tata cara berpolitik, apalagi soal shalat dijadikan isu untuk menyerang pemerintah, sungguh terlalu kelompok tersebut,” tutup Amas.
(Aden)