Cerita Relawan yang Berjaga di Pos Check Point Kota Serang
Siapkan Delapan Titik Check Point
ATMnews.id, Kota Serang – Pemkot Serang telah menetapkan sebanyak delapan titik posko chekpoint untuk membatasi akses kendaraan yang datang dari wilayah zona merah serta dilakukan pengecekan bagi pengendara yang akan memasuki wilayah Kota Serang.
Delapan titik tersebut yakni, Pintu Tol Serang Timur, Serang Barat, Kalodran, Terminal Pakupatan, Palima, Simpang Boru, Sawah Luhur dan di Kecamatan Taktakan.
Berdirinya posko chekpoint tersebut tidak terlepas dari perannya seorang relawan yang setia berjaga demi melindungi kota yang memiliki julukan sebagai Kota Madani ini dari masifnya penyebaran Covid-19 yang mematikan.
Di tengah imbauan pemerintah yang menganjurkan masyarakat untuk diam dirumah saja, para relawan chekpoint tersebut terus berjaga siang dan malam untuk melakukan penyemprotan disinfektan serta mengecek satu persatu suhu tubuh para pengendara yang akan memasuki wilayah Kota Serang.
Seperti salah seorang relawan dari Korps Sukarela (KSR) unit PMI Kota Serang Qurrota Aini yang harus berjaga selama 12 jam menahan kantuk di posko chekpont Palima, Kota Serang sejak 25 April 2020 lalu.
Aini menuturkan, ia bersama tim harus siaga di posko pada pukul 20.00 WIB untuk melakukan pengecekan suhu tubuh para pengendara hingga pukul 08.00 WIB.
Kendati seorang wanita, Aini mengaku hal tersebut tidak menjadi hambatan dirinya untuk menjadi seorang relawan. Terlebih di massa pandemi seperti ini, orang tuanya sempat melarang Aini untuk turun sebagai relawan.
“Pastinya orang tua gak kasih izin, dari jauh-jauh hari udah ingetin biar gak ikut kegiatan apapun di PMI selama pandemi, berhubung saya anak nya rada ngeyel jadi saya terus terusan ngasih pengertian ke orang tua biar ngerti kalo anak nya ga harus dirumah aja, biar ngerti kalo anak nya bisa bantu orang lain diluar, dan coba yakinin kalo saya bisa jaga diri saya. Dan orang tua saya kasih izin,” kata Aini kepada awak media, Jum’at (22/5/2020).
“Malah sekarang dukung banget, karena orang tua saya percaya kalo kegiatan yang selalu saya lakukan itu positif,” imbuhnya.
Bukan kali ini saja, ia mengku telah menjadi relawan sejak massa Sekolah Menengah Atas (SMA) karena tergabung dan aktif dalam Palang Merah Remaja (PMR). Memiliki prinsip menjadi manusia yang berguna, Aini melanjutkan jalannya sebagai relawan hingga saat ini.
Dirundung rasa khawatir, seperti itulah pengakuannya, mahasiswi yang tengah menjalani pendidikan tingkat akhir di Universitas Islam Negri (UIN) Sultan Maulana Hasanudin (SMH) tersebut hanya berbekal keyakinan dan protokol kesehatan saat melakukan tugasnya sebagai relawan.
Karena, bagaimanapun jika protokol kesehatan yang sudah ditetapkan tersebut tidak diterapkan, maka akan menjadi mimpi buruk ketika dirinya tanpa diketahui membawa virus Covid-19 dan menyebarkan terhadap keluarganya.
“Ketika saya yakin, saya gak ngerasa takut, tapi ada waktu ketika berkontak dengan beberapa pengendara yang bersuhu 38 keatas, ada rasa khawatir saya pulang membawa virus dan keluarga yang menjadi dampaknya. Maka dari itu saya sangat berhati hati agar tidak membawa virus kerumah,” ujarnya.
Ketika ada masyarakat yang terdeteksi suhu tubuhnya mencapai 37,5 celcius, Aini bersama tim akan mencari tau riwayat perjalan yang bersangkutan. Lebih lanjut, jika memiliki gejala maka akab ditindak lanjuti oleh pihak Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Serang.
“kita lakukan pertolongan pertama, cek suhu, edukasi, sama data kalo ada yang bersuhu tinggi), setelah itu kita laporan dan bakal ada tindak lanjut dari pihak dinkes,” tutur Aini.
Sejauh ini, ia mengaku sangat menikmati rutinitas sebagai relawan Chekpoint yang dijadwalkan berakhir pada 20 Juli 2020 mendatang.
Sementara itu, rasa khawatir juga dirasakan oleh Cecep Sudirman yang merupakan salah seorang relawan chekpoint lainnya di Kota Serang.
Kepada para awak media, pria yang tengah menempuh pendidikan di Universitas Bina Bangsa (Uniba) tersebut mengaku baru kali ini turun sebagai relawan. Berdasarkan penuturannya, Cecep baru tergabung sebagai anggota KSR PMI unit Uniba yang mengharuskannya turun sebagai relawan.
Sama seperti Aini, Cecep hampir tidak diperbolehkan oleh orang tuanya. Namun, dengan niat tulus Cecep untuk membantu dan demi memutus matarantai penyebaran Covid-19, ia pun diizinkan orng tuanya.
“Orang tua, bilang hati-hati dan selalu jaga diri baik-baik, patuhi protokol kesehatan supaya tidak tertular virus,” ungkapnya.
Ia mengaku, khawatir saat awal melakukan tugas pengecekan terhadap pengendara yang tidak diketahui terpapar virus atau tidak. Terlebih, jika tanpa diketahui dirinya membawa virus saat usai bertugas dan berjumpa dengan orang rumah.
“Ya hanya sedikit cemas aja, takut ada yang terkena covid, soalnya ada Orang Tanpa Gejala (OTG) juga yang bahayanya,” tutupnya.(Aden)