Wabah Corona, Momen Perekat dengan Keluarga

Berkumpul Setiap Saat dengan Keluarga

ATMnews.id, Jakarta – Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA) sebagai bagian dari Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 menemukan fakta bahwa sebagian besar anak menjadi waspada terhadap wabah COVID-19.

Hal tersebut diperoleh berdasarkan survei Ada Apa Dengan COVID-19 (AADC-19) yang digagas melalui “Forum Anak Nasional”.

Beberapa respon yang ditunjukkan tiap anak melalui survei tersebut berbeda-beda.

Ada sebagian yang paranoid, merasa takut dan ada yang biasa saja dalam menyikapi COVID-19. Bagi orang tua, hal itu patut diwaspadai karena dapat mengganggu psikologi anak bahkan bagi yang merasa biasa saja dapat membuat anak lebih tidak peduli dan abai terhadap anjuran pencegahan dari Pemerintah.

“Namun, ada juga yang merasa paranoid, takut dan biasa saja. Ini harus diwaspadai karena dapat mengganggu psikologisnya, atau menganggap hal ini yang biasa juga akan membuat anak tidak peduli terhadap kondisi saat ini,” ujar Sekretaris Deputi Bidang Tumbuh Kembang Anak KPPPA, Eko Novi Ariyanti dalam konferensi pers di Graha Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Jakarta, Sabtu (11/4/2020).

Menurutnya harapan anak terhadap situasi wabah COVID-19, berharap kondisi saat ini dapat tertangani dan cepat usai sehingga dapat kembali seperti sedia kala sebelum Ramadhan tiba.

“Situasi saat ini juga diharapkan menjadi momen perekat keluarga. Mereka berharap juga semua orang bisa menaati peraturan di rumah saja,” ucapnya.

Sementara itu dalam persepsi anak tentang belajar di rumah saja, Eko Novi Ariyanti menyampaikan anak-anak mengharapkan mendapatkan akses internet gratis karena mereka juga banyak belajar di rumah.

“Sebagian besar anak menganggap gerakan dirumah saja merupakan hal yang penting,” paparnya.

Kemudian, 58 persen anak mempunyai perasaan yang tidak menyenangkan selama belajar di rumah saja. Sebab, bagi sebagian anak mereka sulit untuk berinteraksi dengan teman-temannya secara langsung. “Hal itu karena mereka sulit berinteraksi dengan teman-temannya,” ucapnya.

Selanjutnya ada beberapa anak yang berharap agar tidak terlalu banyak mendapatkan tugas belajar saat menjalankan program belajar di rumah. Selain itu, diharapkan ada penyediaan fasilitas internet serta perangkatnya yang mumpuni dan juga ada video interaktif.

“Kemudian diharapkan juga ada komunikasi dua arah dan pelaksanaan pembelajaran yang efektif,” pungkas Eko Novi Ariyanti. (irur)

Disarankan Untuk Anda
Komentar
Loading...